Setelah turun wahyu di gua Hira’, Rasulallah saw tak
henti hentinya berdawah secara diam diam selama tiga tahun. Beliau tidak segan
segan mengajak Quraisy Makkah kepada agama baru siang dan malam. Kemudian turun
perintah Allah untuk menjaharkan dawah trb kepada karabat beliau yang
terdekat “Dan berilah peringatan kepada karabat karabatmu yang terdekat” al
syuara’ 214. Begitu turun wahyu tadi, beliau mengundang semua karabat karabat
beliau dari kaum Quraisy untuk berkumpul di tempat tertentu.
Setelah mereka berkumpul, Rasulallah memulai membuka
pembicaraanya “seandainya aku katakan bahwa di balik bukit sana ada pasukan
berkuda yang akan menyerang kalian, apa kalian percaya?” Mereka serentak
menjawab: “Ya, kami percaya, karena kamu tidak pernah sama sekali berbuat
bohong”. Lalu Rasulallah berkata lagi: “Ketahuilah, aku ini diutus oleh Allah
untuk memperingatkan keluarga dan kerabat terdekatku, aku tidak punya
kepentingan dunia dan tidak punya kepentingan akhirat. Apakah ada diantara
kalian yang membaiatku dan menjadikanku sebagai saudara dan teman?”
Begitu mendengar seruan Rasulallah saw mereka kaum
Quraisy, ribut di majlis itu. Tak ada satu diantara karabat beliau yang hadir
di majlis tadi berdiri membaiatnya. Kemudian suasana menjadi hening, tak ada
suara, tak ada bisikan, majlis menjadi sunyi seketika. Hal ini berlangsung
beberapa saat. Tiba tiba terdengar suara anak kecil dari tempat duduknya yang
agak berjauhan. Dengan lantang anak itu berkata “Aku, Ya Rasulallah”. Anak itu
adalah Ali bin Abi Thalib ra. Ia bangun dari tempat duduknya berjalan mendekati
Rasulallah saw.
Rupanya reaksi Imam Ali ra kurang mendapat sambutan
dari Rasulallah saw. Karena yang diinginkan membaiat beliau bukan anak kecil,
akan tetapi para pemuka Quraisy. Rasulallah saw menyuruhnya duduk dan
mengulangi pembicaraanya “Apakah ada diantara kalian yang membaiatku dan
menjadikanku sebagai saudara dan teman?”. Untuk kedua kalinya pula tidak
terdengar suara, tidak ada diantara karabat beliau yang bangun untuk
membaiatnya. Kemudian Ali ra yang duduk di samping beliau berdiri lagi seraya
berkata “Aku, Ya Rasulallah”. Kali ini Rasulallah saw hanya menganggukan
kepalanya tanda salut atas perbuatnya. Dengan senyum beliau memerintahkanya
untuk kembali duduk.
Kemudian beliau mengulangi pembicaraanya untuk yang
ketiga kalinya “Wahai bani Abdul Muttalib, sesungguhnya aku telah diutus Allah
kepada kalian khusunya dan kepada semua manusia umumnya. Apakah ada diantara
kalian yang mau membaiatku dan menjadikanku sebagai saudara dan teman?”. Begitu
pula beliau tidak mendapatkan reaksi atau jawaban yang enak dari para karabat
beliau hanya Imam Ali bin Abi Thalib ra yang menyambutnya “Aku, Ya Rasulallah
yang menjadi saudara dan temanmu”. Rasulallah tersenyum lebar dan menepuk dada
imam Ali ra tanda salut dan ridho dengan apa yang telah dilakukanya.
Di akhir jalsah, berdirilah paman nabi sendiri yang
bernama Abu Lahab la’natallah a’laih seraya berkata dengan nada ketus, “Wahai
Muhammad, apa hanya untuk ini kami dikumpulkan? Celaka kau !”. Iapun pergi sambil
menggerutu.
Wallahua’lam
Hasan Husen Assagaf
Sumber: Kitab Fadhail Asshahabah
Untuk Download Artikel Klik Gambar
No comments:
Post a Comment